Penyakit sifilis adalah penyakit yang telah
lama dikenal sebagai akibat berhubungan seksual secra bebas dan berganti ganti
pasangan. Sifilis merupakan jenis penyakit yang cukup berbahaya dan bersifat
menular, karena diakibatkan oleh jenis bakteri.
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang
disebabkan oleh bakteri spiroseta atau yang dikenal dengan Treponem Pallidum. Bakteri
ini berbentuk spiral yang merupakan bakteri yang motil atau bakteri yang dapat
bergerak. Umumnya dapat menginfeksi melalui kontak seksual langsung, bakteri
ini masuk kedalam tubuh inang melalui cara celah dianatara sel epitel.
Ahli Metropole Hospital mengemukakan gejala yang
timbul pada penderita sifilis. Lesi primer (Chancre=ulcus durum) biasanya
muncul 3 minggu setelah terpajan. Lesi biasanya keras (indurasi), tidak sakit,
terbentuk ulcus dengan mengeluarkan eksudat serosa di tempat masuknya
mikroorganisme. Masuknya mikroorganisme ke dalam darah terjadi sebelum lesi
primer muncul, biasanya ditandai dengan terjadinya pembesaran kelenjar limfe
(bubo) regional, tidak sakit, keras non fluktuan. Infeksi juga dapat terjadi
tanpa ditemukannya ulcus durum yang jelas, misalnya kalau infeksi terjadi di
rectum atau cervik.
Walaupun tidak diberi pengobatan ulcus akan
hilang sendiri setelah 4-6 minggu. Sepertiga dari kasus yang tidak diobati akan
mengalami stadium generalisata, stadium dua, di mana muncul erupsi kulit yang
kadangkala disertai dengan gejala kontitusional tubuh. Timbul makolo popular
biasanya pada telapak tangan dan telapak kaki diikuti dengan limfa denopati.
Erupsi sekunder ini merupakan gejala klasik dari Sifilis yang akan hilang spontan
dalam beberapa minggu atau sampai 12 bulan kemudian. Penderita stadium erupsi
sekunder ini, sepertiga dari mereka yang tidak diobati akan masuk ke dalam fase
laten selama berminggu-minggu bahkan selama bertahun-tahun.
Pada awal fase laten sering muncul lesi
infeksius yang berulang pada selaput lendir. Terserangnya Susunan Syaraf Pusat
(SSP) ditandai dengan gejala meningitis sifilitik akut dan berlanjut menjadi
sifilis meningovaskuler dan akhirnya timbul paresis dan tabes dorsalis. Periode
laten ini kadangkala berlangsung seumur hidup. Pada kejadian lain yang tidak
dapat diramalkan, 5-20 tahun setelah infeksi terjadi lesi aorta yang sangat
berbahaya (sifilis kardiovaskuler) atau guma dapat muncul di kulit, saluran
pencernaan tulang atau pada permukaan selaput lendir.
Stadium awal sifilis jarang sekali menimbulkan
kematian atau disabilitas yang serius, sedangkan stadium lanjut sifilis memperpendek
umur, menurunkan kesehatan dan menurunkan produktivitas dan efisiensi kerja.
Mereka yang terinfeksi sifilis dan pada saat yang sama juga terkena infeksi HIV
cenderung akan menderita sifilis SSP.
Infeksi pada janin terjadi pada ibu yang
menderita sifilis stadium awal pada saat mengandung bayinya dan ini sering
sekali terjadi sedangkan frekuensinya makin jarang pada ibu yang menderita
stadium lanjut sifilis pada saat mengandung bayinya. Infeksi pada janin dapat
berakibat aborsi, stillbirth, atau kematian bayi karena lahir prematur atau
lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau mati karena menderita
penyakit sistemik. Infeksi congenital dapat berakibat munculnya manifestasi
klinis yang muncul kemudian berupa gejala neurologis terserangnya SSP. Dan
kadangkala infeksi konginital dapat mengakibatkan berbagai kelainan fisik yang dapat
menimbulkan stigmasasi di masyarakat seperti gigi Hutchinson, saddlenose (hidung
pelana kuda), saber shins (tulang kering berbentuk pedang), keratitis interstitialis
dan tuli. Sifilis congenital kadangkalaasimtomatik, terutama pada minggu-minggu
setelah lahir.
article from : penyakitkelamin.org
Peringatan : jika kamu merasa artikel kami belum jelas atau anda ada pertanyaan lain, maka anda bisa klik Konsultasi online , dimana pakar kami akan menjawab pertanyaan anda, atau hubungi nomor 021-6911921/2. Metropole Hospital Jakarta berharap semoga anda senantiasa sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar